Saturday, August 2, 2014

Napak Tilas Berdirinya Peternakan Tapos



Tulisan dibawah ini diambil dari serial twit akun @imanbr pada 2 Agustus 2014. Lazimnya dalam sosial media, pengunggah cerita tak perlu meminta izin pemilik akun. Untuk etika, pengunggah cerita akan mencantumkan sumber dan keterangan waktu kapan serial twit dilakukan.
 
 
Jadi begini. Sejarah peternakan Sapi Tapos yang legendaris, dan ternyata menurut @hanityo masih eksis serta bertambah lahannya. Soeharto punya sindrom masa kecil. Dibuang orang tuanya dan dtitipkan ke bapaknya Sudwikatmono. Makanya ia lebih akrab dengan sepupunya ini. Sebagai anak desa yang miskin. Memiliki sapi adalah mimpi. Sapi bisa jadi simbol status. Mimpi itu datang ketika Soeharto jadi penguasa. Sekitar tahun 1970, Soeharto memanggil Gubernur Jabar Solichin GP. Dia meminta dicarikan tanah luas yang tak jauh dari Jakarta utk tetirah. Dijawab Mang Ihin,bukankah Pak Harto bisa beristirahat di Istana Bogor atau Cipanas. Soeharto menjelaskan mimpi memiliki lahan utk sapi sapi. 
 
 
 
 
 
Sambil menunggu Gub Jabar cari lahan, maka dibuat akta pendirian PT Rejo Sari Bumi, tgl 25 Nov 1971. Sebagai direktur adalah mertua Soeharto. PT Rejo Sari Bumi, pengelola peternakan sapi ‘ 3 – S “ . Ayah Ibu Tien Soeharto, Soemoharmanto atau Soemoharjomo tercatat sebagai Direktur. Akhirnya Gub Jabar Solichin GP menyediakan tanah seluas 720 ha, yang cukup menampung satu penduduk desa di Jawa. Tanah itu bekas PNP. Jenderal Ishak Djuarsa, mantan Pangdam di Aceh. Tanah tapos milik perusahaan Belanda, pd thn 1958 diambil alih AD dalam rangka nasionalisasi.


Menurut pemerintah, Soeharto membayar ganti rugi sebesar $ 5.243. Beberapa penduduk mengatakan, mereka tidak memperoleh ganti rugi apapun. Dalam investigasi Majalah Times th 1999, Hasanuddin, Ia ingat masih anak2 ketika keluarganya kehilangan tanah mereka seluas 2 hektar di desa. “ Kami melihat sapi gemuk-gemuk dijaga oleh serombongan penjaga berkuda,menginjak-injak ladang kami yang sudah hancur “.Keluarganya menangis. Sejak itu keluarga Hasanudin merantau ke Jakarta. Ayahnya jadi tukang becak.




Sementara itu mimpi Soeharto ttg ranch sapinya semakin dekat.



3–5 April 1975, Soeharto secara informal bertemu PM Australia, Gough Whitlam di Townsville, kota kecil ujung utara negara bagian Queensland. Disana Whitlam mengulangi pernyataan sikapnya ke Soeharto, yg pernah dinyatakan thn 1974, bahwa Timor Leste sebaiknya masuk ke Indonesia. Dalam percakapan dengan PM Whitlam di Townsvile, itu dilakukan di peternakan sapi dan perkebunan tebu ‘ Brandon ‘ milik Pioner Sugar Mills. Sambil membahas masa depan Timor Leste dg PM Australi. Soeharto ditemani pemilik peternakan Paddy Archer melihat sapi sapinya yang gemuk. Wartawan yg meliput kunjungan Soeharto, melihat ia tertarik seluk beluk pembibitan sapi jenis drought –master dan brahman di peternakan itu. Dalam percakapan dg boss Pioner Sugar Mills, Paddy Archer.

Soeharto mengatakan bahwa ia memiliki peternakan sapi keluarga di Indonesia. Ia juga mengatakan ingin menjadi petani sapi betulan setelah lengser keprabon. Untuk itu ia berkeinginan mengimpor sapi sapi dari Australia. Mendengar ketertarikan Soeharto, Menteri pertanian Thoyib Haduwijoyo yang menemani Soeharto langsung bergerak cepat. Ia paham maunya si boss. Thoyib Hadiwijoyo langsung mengadakan pembicaraan dg Menteri Pengembangan Daerah Utara, Patterson, tentang kemungkinan impor sapi Australia. Saat itu juga Menteri Pertanian atas nama Soeharto memesan sejumlah sapi. Nanti akan kami jemput, katanya. Siapa yang bayar sapi itu ? Entah.



.. Dan penyerbuan Timor Timur terjadi. Kapal kapal pendarat ( LST ) ditugaskan Kolinlamil membawa pasukan, dan tank tank mendarat di Dili. Setelah mendaratkan pasukan. Kapal kapal pendarat ( LST ) itu ditugaskan meneruskan pelayarannya dari Dili menuju Townsville, Australia.  untuk menjemput sapi sapi yang sudah dibeli Soeharto untuk dibawa ke Jakarta. Kerja keras Angkatan Laut ini dinamakan Operasi Andhini Bakti. Ini diceritakan dengan bangga oleh Komandan Lintas Laut Militer menjelang HUTnya yang ke 31 pada tanggal 1 Juli 1993. Bangga menjemput sapi.






Dari Tanjung Priok, sapi sapi diangkut menuju Tapos. Disini, sapi sapi ini dijadikan pusat pembibitan untuk disebarkan ke seluruh Indonesia. Alasan untuk memperbaiki mutu ternak rakyat. Jadi Sapi hasil tapos adalah sapi unggul yang diberikan untuk rakyat dari Soeharto. Tahap berikutnya adalah menyediakan prasarana bagi peternakan itu, yg disediakan oleh Menteri PU, Ir. Sutami. Termasuk membangun jalan tol.
Sesungguhnya penyebaran sapi sapi ke pelosok propinsi tidak gratis. Departemen terkait harus membayar biaya transportasi, biaya pelatihan. Untuk memindahkan sapi2 hasil pembibitan di Tapos, Soeharto menggunakan jasa anaknya sendiri, Sigit Harjojudanto. Yang mulai belajar bisnis. Sigit mendirikan PT Bayu Air, sebuah perusahaan angkutan ekspedisi muatan kapal udara. Persoalannya, Bayu Air tidak memiliki pesawat udara. Bukan hal merisaukan bagi anak Presiden. AURI diminta untuk menyumbangkan Hercules utk mengangkut ternak sapi bantuan Presiden dari Tapos. Logo TNI AU dipesawat Hercules, ditutup dengan logo Bayu Air. Jadilah “ Bayu Air “ menjadi perusahaan ekspedisi angkutan sapi. Keren khan. Sapi sapi itu didistribusikan ke penjuru negeri. Itu hanya sebagian fasilitas yg dinikmati Sigit,disamping sebagai calo pesawat Lockheed itu. Untuk membantu perusahaan ‘ Bayu Air ‘ sebagai perusahaan nasional berdedikasi utk sapi di Nusantara, maka Sigit meminta bantuan Pemerintah. Maka keluar SK Dirjen Perhubungan Udara. isinya pungutan wajib 5% dari seluruh barang muatan udara yg keluar dari Indonesia. Ini buat Sigit. Jadi Bayu Air kini memiliki modal tambahan. Pesawat dari AURI, plus uang kas dari pungutan SK Dirjen Perhubungan Udara. Sapi2 tambah gemuk.

Dalam buku putih ITB th 1978 mengecam keras pembangunan peternakan Tapos, yang mengakibatkan Herry Akhmadi, ketua DM ITB diseret ke penjara. Sementara delegasi Petisi 50 ke DPR RI Mei 1980. Jenderal Jasin menyoroti pembangunan Tapos sebagai contoh kemunafikan dan korupsi Soeharto. “Kalau kita tolerir atau terima dari kemunafikan dan korupsi ini, kita berdosa terhadap diri kita sendiri maupun terhadap bangsa“ Kata Jasin. Soeharto dalam beberapa kesempatan mengatakan bahwa dia dan putra sulungnya, hanya sebagai konsultan honorer di perusahaan PT Tiga S itu.
Hanya dia tidak menjelaskan, bagaimana mertuanya Soeharto – ayah Ibu Tien – bisa menjadi Direktur Utama perusahaan ini. Dalam PT Rejo Sari Bumi ada Yayasan Mangadeg sbgi salah satu pemegang saham. Yayasan ini sebagai pengelola kuburan keluarga Astanagiribangun. Dalam Akta Yayasan Mangadeg. Sebagai pelindung & ketua adalah Soeharto & Ibu Tien sendiri.Jadi agak aneh alibi hanya sebagai konsultan Tapos. Maka Soeharto telah menguasai tapos, termasuk menjadikan tempat menjamu tamu2nya. Menjadi tempat kebanggaan. Mimpi masa kecil yg tercapai. Ide ide besar tentang perekonomian rakyat yang adil terus digulirkan dari Tapos. Jadi sebuah think thank pemikiran Soeharto. Di Tapos juga pada tgl 4 Maret 1990, Soeharto memaksa 30 orang Konglomerat keturunan Cina menyumbang sebagian sahamnya kepada Koperasi.





No comments: